Wednesday, September 18, 2019

Makalah Ekonomi Islam UIN SUNAN KALIJAGA

Ekonomi Keuangan Islam 
Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 Masehi, menyusul runtuhnya kekaisaran Romawi. Kemunculan ini ditandai dengan berkembangnya peradaban baru yang sangat mengagumkan. Kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi serta kehidupan sosial lainnya termasuk ekonomi berkembang dengan sangat mengagumkan.

Fakta sejarah itu sesungguhnya menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang sangat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt yang artinya : “Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (Q.S. An-Nahl (16):89).

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam menjadi agamamu.” (Q.S. Al Maidah (5): 3)

Firman Allah SWT diatas menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan baik yang bersifat materil maupun non materil. Oleh karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah diatur oleh Islam. Ini bisa dipahami, Islam sebagai agama yang sempurna, mustahil Islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai panduan untuk manusia dalam menjankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al Qur’an dan Hadist Nabi.

Lahirnya sistem ekonomi Islam didasari oleh telaah para ahli ekonomi, para penentu kebijakan dan pemerintah atas sistem ekonomi yang telah berjalan sejak dahulu. Sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi komunis atau sosialis dianggap tidak mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan, dan justru melahirkan kemiskinan dan keterpurukan bagi sebagian besar masyarakat, serta sering krisis ekonomi secara besar besaran.[1]

Dalam sistem konvensional, keserakahan manusia menjadi slogan yang populer di kalangan individu maupun sebagian perusahaan. Sistem keuangan berbasis bunga (Interest-based Financial System) dan penciptaan uang dari kekosongan (Creating money from nothing), semakin menguatkan ekploitasi sumber daya dan memperluas perbedaan serta menciptakan kesenjangan sosial antara yang punya dan tidak punya, yang miskin dan yang kaya.[2]

Ekonomi islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam harusnya dipeluk secara kaffah dan komprehensif oleh umatnya. Islam menuntut kepada umatnya mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya.[3]

A.      Ekonomi dan Agama
Sistem ekonomi yang saat ini bersifat sekuler, terjadi dikotomi antara antara agama dan kegiatan duniawi sejak terjadinya dark age di Eropa. Suatu aliran pemikiran muncul bahwa harus ada pembatasan antara aktivitas agama dan aktivitas. Namun hal tersebut tidak berlaku pada ajaran Islam. Terbukti saat terjadi dark age di Eropa, Islam justru mengalami masa kejayaan.[1]Meski begitu, banyak sarjana atau pelajar yang menyalahkan kemiskinan seorang Muslim itu disebabkan karena kepercayaan mereka akan ajaran Islam. Namun Marcus Noland, seorang Ekonom terkemuka mengatakan bahwa asumsi tersebut salah. Dia berpendapat “Tidak ada ajaran turun-temurun dari agama Islam yang dapat menyebabkan seorang Muslim menjadi miskin”. Jadi, agama Islam dapat mempopulerkan gagasan pertumbuhan.Jika ingin mendiskusikan peran agama dalam Ilmu Ekonomi, manusia harus mengetahui bahwa ekonomi adalah ilmu pengetahuan dari suatu sistem ekonomi. Dan sebuah sistem ekonomi pastilah membahas mengenai sebuah pemikiran yang berdasarkan beberapa ideologi. Sementara Ilmu Ekonomi juga harus disadari sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penciptaan kekayaan. Jadi Istilah ekonomi Islam dapat dimaknai menjadi tiga kemungkinan, yakni teori, sistem dan kegiatan ekonomi umat Islam.[2]Maka dari itu, sebuah sistem terdiri dari tiga unsur utama:a.    Kepemilikan tanah, uang dan kekayaan
b.    Pembagian hak milik
c.    Distribusi kekayaan antar manusia
Sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem yang lain. Perbedaannya terletak pada bagaimana manusia membagi hak milik dan distribusi penghasilan antara kepada berbagai kalangan masyarakat, dengan menetapkan peran Negara untuk memastikan bahwa ketidakadilan tidak dilakukan oleh masyarakat secara individu, banyak orang maupun kelompok.[3]Faktanya, ekonomi Islam dapat mewujudkan keseimbangan antara aspek sosial dan aspek ekonomi dalam kalangan manusia, kepentingan pribadi dan sosial, dan antara individu, keluarga/rumah tangga, kelompok maupun negara. Hal ini secara efektif dapat menanggulangi masalah yang terjadi seperti distribusi pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan, yang mana hal ini tidak dapat diselesaikan oleh sistem kapitalis.Dalam dunia kontemporer, Islam memiliki bukti makro tentang adilnya distibusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Teori “The Tricle-Down” (The Tricle Down Theory) yang digunakan di Malaysia pada tahun 1957-1970 telah mengalami kegagalan yang sangat buruk dan berujung pada tragedi 13 Mei 1969, yaitu kerusuhan antar bangsa dalam negara. Kemudian pemerintahan Malaysia mengadopsi kebijakan baru yang dikaitkan dengan nilai nilai Islam, seperti keadilan dan kejujuran, yang memberikan kontribusi besar dan menakjubkan terhadap pencapaian negara pada tiga dekade terakhir. Kebijakan ini berhasil menghapuskan kemiskinan, menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dengan keadilan distribusi pendapatan.Ahli Ekonomi Islam mulai menelaah bahwasannya masalah ekonomi berasal dari:1.    Tidak adanya pengawasan dan pengontrolan dalam praktek penciptaan uang
2.    Tidak adanya batas etika dalam praktik pada pasar
3.    Adanya tekanan pada pertumbuhan dan keuntungan tanpa mempedulikan aspek distribusi pendapatan
4.    Tidak adanya peran positif dari Negara dan penentu kebijakan dalam membatasi keserakahan masyarakat dan praktik perolehan keuntungan yang tidak terkendali[4]Ditinjau dari masalah yang muncul di atas, Ekonomi Islam memberi solusi dengan diadakannya pengawasan terhadap faktor-faktor diatas. Ekonomi Islam fokus pada keadilan dan kejujuran pada semua dan peduli pada pemenuhan hak – hak orang lain, dengan tetap dilandasi oleh etika dan moral. Prinsip – prinsip tersebut yang bisa diadopsi untuk memberi keringanan pada masyarakat.Disamping itu, Islam mengatur banyak hal terkait dengan perilaku masyarakat. Dalam mekanisme pasar, hukum Islam menawarkan kontrak – kontrak lain yang disertai dengan peraturan yang rinci. Selain itu, Islam juga memperhatikan sumber daya Insani pada individu maupun perusahaan.[5]Karakteristik mendasar yang dimiliki oleh Ekonomi Islam dan keuangan adalah ekonomi sosial dan distribusi pendapatan yang adil. Hal ini juga didasari sistem yang komprehensif terkait etika dan nilai moral. Seperti dalam perdagangan Internasional, Islam tidak memperbolehkan praktik dumping untuk mengatur harga yang dibuat-buat demi memperoleh keuntungan yang tinggi.[6]Ekonomi Islam juga melarang riba dalam peminjaman uang, spekulasi, perjudian dan segala permainan keuntungan yang lain dan menekankan pada sistem kesejahteraan sosial berasaskan saling membantu. Ekonomi Islam juga mengatur Zakat yang didistribusikan kepada yang tidak memiliki harta dan yang membutuhkannya. Hal ini diatur dalam ajaran Al qur’an 9:60.[7]Selain itu, Ekonomi Islam mengatur pembiayaan. Dalam peminjaman uang atau pem  biayaan, pinjaman yang diberikan kepada debitur tidak ditambah dengan biaya dari peminjaman atau hutang (bunga). Hutang debitur harus dibayarkan kepada kreditur, sampai kreditur memberi kelonggaran waktu dan walaupun debitur memberitahukan kebangkrutan. Karena hutang seseorang akan tetap utuh meski ia telah meninggal dunia, dan meski dia bangkrut. Kecuali jika debitur melepaskan hutang tersebut.[8]  Dalam keuangan, Ekonomi Islam juga mewajibkan semua transaksi keuangan dan instrumennya dilandasi dengan aset riil, dan transaksi bisnisnya juga disertai dengan norma kejujuran, transparansi dan keadilan. Memang benar bahwa standar emas tidak lagi bisa diadopsi secara utuh, namun pasti ada cara yang sangat aman dan mudah untuk menanggulangi banyaknya penciptaan uang. Dan prinsip keuangan Islam adalah semua aset finansial harus didasari aset riil (tidak harus emas atau perak).Apabila sistem finansial pada level nasional dan global menerapkan sistem ini dan berasaskan keadilan dan keseimbangan, pemerintah dapat memformulasikan kebijakan dengan mudah, yang berimbas pada adilnya distribusi pendapatan dan alokasi sumber daya. Hal ini seperti yang digambarkan dalam Al Qur’an bahwa sistem keuangan itu layaknya hati di dalam tubuh manusia. Dan apabila ia terluka, maka bagian yang lain ikut merasakan luka itu.Akhirnya, sampai detik ini, sudah ada beberapa negara yang mengadopsi sistem ekonomi maupun keuangan berbasis prinsip Islam. Selama 25 tahun, sampai awal tahun 1970 an, Perbankan Islam layaknya sebuah mimpi yang belum terealisasikan. Akan tetapi pada tahun 1980, sistem ini mulai dimunculkan dan direalisasikan di Egypt, Pakistan, Malaysia dan Saudi Arabia. Bahkan studinya sudah diajarkan di beberapa universitas di dunia seperti Harvard dan Rice Universities di Amerika, London School of Economics, Loughborough dan Durham Universities di Inggris, International Islamic Universities di Malaysia dan banyak institusi pendidikan di Pakistan, Saudi Arabia dan Egypt.Perbankan dan Keuangan Islam telah diterapkan lebih dari 75 negara di seluruh dunia, dengan 550 Institusi Keuangan Islam di dalamnya. Selain itu mulai muncul fasilitator yang mengatur dan mengembangkan sistem ekonomi Islam ini seperti AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions), IFSB (Islamic Financial Services Board), IIFM (International Islamic Financial Market), LCM (Liquidity Management Centre), yang sudah diterapkan sejak lama oleh Bahrain, Malaysia, Saudi Arabia and Dubai.[9]

B.  Fitur Sistem Ekonomi Islam
1.               Objek (maqashid) syariah
Sebelum kita jauh membahas mengenai Ekonomi dan seluruh kegiatannya, perlu kiranya kita membaca dan memahami mengenai apakah tujuan (maqshud - maqashid) agama Islam mengatur adanya bentuk transaksi perekonomian. Hal ini karena setiap syariat atau aturan hukum agama harus mengandung salah satu di antara lima dasar dalam syariat atau yang biasa kita sebut dengan adh-dharuriyat al-khamsah. Sedikit akan disinggung mengenai lima dasar dalam syariat untuk sebuah misi kesejahteraan umat manusia.
Pertama, hifdz al-din atau menjaga agama. Seperti kewajiban berjihad memerangi orang-orang kafir pada masa Rasulullah dan sahabat. Kedua, hifdz an-nafs yaitu menjaga jiwa. Setiap kita diberi kebebasan untuk menjaga diri dan jiwanya sendiri dan orang yang menjadi tanggungannya (istri, anak) dari segala bentuk usaha yang dapat melukai. Seperti kewajiban adanya qishash bagi pembunuh. Ketiga, hifdz al-‘aql yaitu menjaga akal. Akal merupakan fadhl dari Allah swt. Yang diberikan hanya kepada manusia. Sehingga menjaga akal adalah bagian dari adh-dharuriyat al-khamsah. Dalam hal ini contohnya Islam mengharamkan meminum khamr atau minuman keras lainnya karena dapat merusak akal. Keempat, hifdz an-nasl atau menjaga keturunan. Karenanya dalam Islam terdapat beberapa aturan hukum sebagai bagian untuk mewujudkan nilai hifdz an-nasl, seperti aturan nikah lengkap dengan syarat rukunnya, talak, khulu’, keharaman zina, nikah mut’ah, dll.. Kelima, hifdz al-maal atau menjaga harta kekayaan. Setiap kita memiliki hak menjaga dan mempertahankan yang menjadi milik kita. karenanya dalam Islam ada hukum had sariqah bagi pencuri.
2.      Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki definisi yang sedikit berbeda dengan ekonomi pada umumnya; kapitalis, sosialis, maupun apa yang kita sebut dengan ekonomi pancasila. Mohsin S. Khan sebagai ekonom senior di IMF mendefinisikan ekonomi Islam dengan:
“Broadly speaking, the term ‘Islamic Economics’ defines a complete system that prescribes a specific pattern of social and economic behaviour for all individuals. It deals with a wide-ranging set of issues, such as property rights, incentive system, allocation of resources, types of economic freedom, system of economic decision-making and proper role of the government. The over-riding objective of the system is social justice and specific patterns of income and wealth distribution and consequently economic policies are to be designed to achieve these ends.”
S. M. Hasanuz Zaman seorang praktisi IDB mendefinisikan ekonomi Islam dengan:
“Islamic Economics is the knowledge of application of injunctions and rules of the Shar¯ı´ah that stop injustice in the acquisition and disposition of material resources in order to provide satisfaction to individuals and enable them to perform their obligations to Allah and society.”

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalan usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun definisi tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory judgement) benar atau salah tetap harus diterima.[10]
Definisi lain ditulis oleh Umar Chapra mengenai ekonomi Islam:
Islamic economics was defined as that branch wich helps realize human well-being through and allocation and distribution of scarce resources that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances

Jadi menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.”[11]
3.      Kesejahteraan dalam Islam
Agama Islam lebih menekankan kegiatan ekonomi kepada kesejahteraan sosial masyarakat. Ekonomi Islam hendak membantah sistem ekonomi kapitalis di mana kondisi ekonomi masyarakat semakin timpang; yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Tidak ada kepedulian di dalam sistem ekonomi kapitalis. Namun, ekonomi Islam tidak begitu. Ia tidak membuat kaya-miskin sebagai poin yang mendorong adanya kesenjangan, melainkan sebagai pendorong nilai-nilai kepedulian antar sesama. Hal ini terbukti dengan adanya kewajiban zakat untuk menopang kehidupan mereka si miskin papa. Di sinilah nilai kesejahteraan dalam Islam dijunjung.
Dalam sistem ekonomi Islam pula harus bisa memastikan bahwa setiap individu mendapatkan tiga kebutuhan primernya (papan, pangan, sandang) dengan layak tanpa melihat perbedaan kondisi ekonominya.
C.  Tujuan Perusahaan Islami
Dalam suatu perusahaan berfungsi untuk memproduksi barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat, disamping itu fungsi dari perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum dari suatu usaha tersebut, suatu perusahaan pasti akan mengalami berbagai permassalahan. Masalah pokok yang harus dipecahkan oleh produsen diantaranya adalah bagaimana komposisi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, dan berapakah jumlah yang akan digunakan untuk masing-masing faktor produksi tersebut.
Ada dua aspek dalam memecahkan suatu permasalahan tersebut, yang perlu diperhatikan sebagai berikut:[12] pertama komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk menciptakan tingkat produksi yang tinggi dan komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu.
Setiap usaha dipandang dari sudut ekonomi memiliki tujuan yang sama yaitu mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaanya, dengan cara mengatur penggunaan faktor produksi dengan seefisien mungkin. Sehingga usaha untuk mengoptimalkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang efisien. Syed Othman Al-Habshi menjelaskan tentang teknik efisiensi yang terletak pada proses dimana memproduksi suatu barang. Al-Habshi membatasi pembatasannya dengan technikal effisient produk bersih, oleh karena itu suatu perusahaan dimaksudkan untuk memproduksi barang yang lebih banyak. Dalam kriteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efisiensi bila memenuhi kriteria yaitu, untuk meminimalkan biaya dalam memproduksi jumlah barang yang sama dan mengoptimalkan produksi dengan biaya yang sama.
Keadilan dan kebajikan bagi masyarakat secara keseluruhan sesungguhnya menjadi intisari ajaran islam. Untuk itu kegiatan produksi tentu saja senantiasa harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagi masyarakat. Karena kegiatan produksi merupakan respon dari kegiatan konsumsi, maka kegiatan produksi diharapkan menciptakan manfaat (maslahah) bagi masyarakat. Produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya, meskipun mencari keuntungan juga tidak dilarang dalam islam. Jadi produsen yang islami tidak dapat sebagai profit optimalizer. Optimalisasi fallah menjadi keharusan dalam tujuan produksi dan konsumsi.
Dalam mencapai tujuan fallah suatu perusahaan juga tidak diperbolehkan untuk memproduksi barang-barang yang haram. Disamping itu pertumbuhan suatu perusahaan haruslah bisa memberikan manfaat untuk saat ini dan massa yang akan datang bagi masyarakat.
Sesuai dengan perspektif managerial, sistem ekonomi islam mengatur posisi pemilik modal dan manager dalam perusahaan. Pemilik modal diposisikan sebagai pihak yang menyediakan modal untuk usaha saja. Sedangkan manager diberi hak dalam mengelola perusahaan milik pemilik modal. Hal ini berbeda dengan sistem neoklasikal yang menerapkan dan memberikan kekuasaan utuh pada pemilik modal untuk mengelola perusahaan dan tidak memberi hak pada manajer dalam pengelolaannya.
Selain itu, ekonomi Islam juga mengatur tata kelola perusahaan demi mencapai tujuan fallah, yang mana sangatlah berbeda dengan tata kelola perusahaan barat. Perbedaaan tersebut dapat dilihat dari gaya dan struktur tata perusahaannya. Dalam perusahaan islam lebih mengedepankan pada aspek epistemologis (filosofis), islam menolak rasionalitas dan rasionalisme sebagai filosofis pada tata kelola perusahaan syariah dan menggantinya dengan tauhid. Adapun model syariah bertujuan untuk menempatkan maqasid syariah sebagai tujuan akhir. Hal ini mencakup pengertian melindungi kepentingan stakeholder sesuai tuntunan syariah.
Dalam rangka memenuhi maqasid syariah untuk kemaslahatan maka segala sesuatu yang mendukung terpenuhinya maqasid syariah adalah wajib hukumnya dalam kaidah fiqih dikatakan; “tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun hukumnya menjadi wajib”. Faktor pendukung terpenuhinya maqasid syariah adalah perusahaan, dimana perusahaan tersebut dibuat untuk menegakkan maqasid syariah.[13]
Al-Habshi menjelaskan bahwa islam menganjurkan pada umatnya untuk meraih kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Inilah yang menjadi faktor pendorong umat islam untuk beraktifitas bekerja dalam mencari rizky Allah, terutama dalam hal perdagangan untuk mencari keuntungan sebagai karunia Allah.
Demikian juga yang diungkapkan oleh Al-Habshi, tujuan perusahaan pertama yang harus dicapai adalah keuntungan, Islam tidak melarang untuk mencari keuntungan ini selagi masih ada dalam etika Islam. Etika Islam dalam mencari keuntungan adalah disamping mencari keuntungan materi juga spiritual, dalam arti mencari fallah atau keuntungan di dunia dan akhirat. Diaplikasikan dengan memberikan kemaslahatan bagi umat dengan memproduksi barang yang berguna bagi umat.[14]


[1] Muhamad, Manajemen keuangan syariah analisis fiqh dan keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),  hlm. 68.
[2] Hadi Kuncoro, Manajemen Perusahaan Berbasis Maqasid Syariah, jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 2, No. 1, Maret 2013, hlm. 41
[3] Muhamad, Manajemen keuangan syariah analisis fiqh dan keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),  hlm. 74

[1] Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 13
[2] Nur Rianto Al-Arif, Dasar – Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Adicitra Intermedia, 2011), hlm. 7
[3] Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, John Wiley & Sons, Ltd., England, 2007, hlm. 10
[4] Muhammad Ayub, Op. Cit, hlm. 11-12
[5] Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), hlm. 167
[6] Muhammad Ayub, Op. Cit, hlm. 12
[7] Nur Kholis, Potret Perkembangan dan Praktik Keuangan Islam di Dunia, Millah: Jurnal Studi Agama, Vol. XVII, no. 1, 2017, hlm. 14-15
[8] Muhammad Ayub, Op. Cit, hlm. 13
[9] Muhammad Ayub, ibid, hlm. 15
    [10] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 14.
    [11] Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 16. 
    [12] Muhamad, Manajemen keuangan syariah analisis fiqh dan keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),  hlm. 68.
    [13] Hadi Kuncoro, Manajemen Perusahaan Berbasis Maqasid Syariah, jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 2, No. 1, Maret 2013, hlm. 41
                    [14] Muhamad, Manajemen keuangan syariah analisis fiqh dan keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),  hlm. 74
Indah Piliyanti, Menggugat Sistem Kapitalisme, La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3, Juli 2009, hlm. 51-54
 A. Riawan Amin, Satanic Finance, (Jakarta: Celestial Publishing, 2007), hlm. 26-33
 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 2

Monday, September 16, 2019

Rangkuman Buku Ekonometrika Dasar Damodar Gujarati (Bernard Baruch College City Of New York)




A.     Pengantar
a.      Defenisi Ekonometrika
Secara harfiah, ekonometrika berarti “Pengukuran Ekonomi” walaupun pengukuruan adalah bagian penting dalam ekonometrika tapi pengertian tentang ekonetrika jauh lebih luas. Ekonmetrika dapat di defenisikan sebagai ilmu social dimana prangkat teori ekonomi, matematika, dan statistic inferensial diterapkan dalam menganalisis fenomena ekonomi. Atau dengan kata lain proses ini memberikan dukungan empiris untuk model yang disusun dengan ilmu ekonomi matematis dan untuk memperoleh hasil dengan angka (numerial Results).
Ekonometrika juga biasa di defenisiskan sebagai analisis kuantitatif dari fenomena  ekonomi yang sebenarnya (Aktual) yang didasarkan pada pengembangan yang berbarengan dari teori dan pengamatan, dihubungkan dengan metode inferensi yang sesuai. Misalkan jika dalam studi atau eksperimen kita menemukan bahwa bahwa ketika harga satu unit barang/jas naik sebesar satu dollar dan jumlah permintaan turun, katakanlah, 200 Unit, maka kita bukan hanya menegaskah kaidah tentang permintaan, melainkan dalam proses tersebut kita juga memberikan taksiran angka-angka mengenai hubungan antara kedua variable (harga dan jumlah permintaan atau kuantitas).
b.      Alasan Ekonometrika Merupakan Bidang Ilmu yang Tersendiri
Karena ekonometrika merupakan campuran dari teori ekonomi, ekonomi matematis, statistika ekonomi dan setatistika matematis yang diramu menjadi suatu bidang ilmu, tentunya ekonometrika mempunyai metode khusus untuk menjalankan fungsi dan peranya sebagai Alat ukur ekonomi. Maka ekonmetrika merupakan mata kuliah (subyek) yang pantas untuk dipelajari karena alasan berikut.
Pada dasarnya teori ekonomi membuat pernyataan pernyataan atau hipotesis yang sebagian besar bersifat kualitatif. Contohnya teori ekonomi mikro yang mengatakan apabila hal lain tetap, pengurangan harga barang diharapkan dapat meningkatkan permintaan pada barang tersebut.  Teori ini mendalilkan adanya hubungan negative atau kebalikan atara harga dan jumlah permintaan suatu barang tapi tidak memberikan suatu ukuran dalam angka (numerik) mengenai hubungan keduanya. Yaitu seberapa banyak permintaan naik atau turun sebagai akibat dari perubahan harga tersebut. Maka ekonometrika-lah yang memberikan dugaan dalam angka atau memberikan isi empiris kepada sebagian besar teori ekonomi.
Perhatian utama ekonomi matematis adalah menyatakan teori ekonommi dalam bentuk matematis (persamaan) tanpa memperhatikan keterukuran atau pembuktian .ahli ekonmetrika menggunakan persamaan matematis dan meletakannya sedemikian sehingga memberikan kemungkinan untuk dilakukan pengujian empiris. Dan pengubahan persamaan matematis ke dalam persamaan ekonometris ini memerlukan kecerdasan dan kecerdikan.
Statistika ekonomi berfungsi untuk pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian data ekonomi seperti data pengangguran, GNP, harga dan Sebagainya dalam bentuk Grafik atau table. Tapi statistika ekonomi tidak bertindak lebih jauh dengan menggunakan data tersebut untuk menguji teori ekonomi. Dan peran tersebutlah yang di ambil oleh ekonometrika.
Statistika matematika memang memberikan banyak alat-alat yang digunakan dalam ekonometrika. Tetapi ahli ekonometrika sering menggunakan metode khusus karena data ekonomi seperti Konsumsi, pendapatan, dan konsumsi tidak dapat dikendalikan secara langsung, dan pada prinsipnya di kumpulkan oleh pemerintah dan swasta yang tidak di dapatkan dari hasil percobaan. Hal inilah yang menciptakan kesalahan pengukuran dalam statistika matematis. Dan ahli ekonometrikalah di fungsikan untuk mengembangkan metode analisis khusus untuk menghadapi kesalahan pengukuran tersebut.
c.       Metodelogi Ekonometrikan
Metodologi ekonometrika merupakan tahapan yang harus dilalui untuk melakukan analisis terhadap fenomena ekonomi secara ilmiah. Tahapan pada metodologi ekonometrika adalah sebagai berikut:
1.      Peryataan teori atau hipotesis
Seperti Teori Keynesian berkaitan dengan konsumsi, menyatakan bahwa orang (baik wanita maupun pria) akan meningkatkan konsumsinya seiring dengan meningkatnya pendapatan, tetapi peningkatan konsumsi tersebut tidaklah sebesar peningkatan pendapatan mereka.
2.      pesifikasi model matematis berdasarkan teori
Meskipun Keynes telah menjelaskan adannya hubungan positif antara pendapatan dengan konsumsi, tetapi Keynes belum menspessifikasikannya dalam model matematis sehingga ahli matematika membuat spesifikasi matematik berdasarkan teori Keynessian sebagai berikut:
Y = α + βX
                        Dimana: Y = Belanja Konsumsi
                                        X = Pendapatan
                                       α, β= konstanta atau parameter
Koefisien kemiringan β menyatakan MPC (marginal Propensity of Consume) persamaan di atas menyatakan bahwa konsumsi berhubungan secara linear dengan pendapatan. Model tersebut dinamakan model pesamaan tunggal (Single-equation-model) sedangkan kalau mempunyai lebih dari satu model persamaan banyak (multiequetion) atau model persamaan simultan (simultaneous-equation).
3.      Spesifikasi model ekonometrik berdasarkan teori
Model matematika mengasumsikan bahwa terdapat hubungan pasti antara pendapatan dan konsumsi, atau hubugan deterministic. Pada hubungan antar variable ekonomi, suatu variable tergantung tidak hanya dipengaruhi oleh satu variable bebas saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa variable lain. Untuk mengakomodasi variable yang tidak diteliti maka fungsi matematik itu diubah menjadi fungsi statistic sebagai berikut:
Y = α + βX + µ
Diman µ dikenal sebagi Ganguan (disturbance) atau kesalahan (error) adalah variable acak yang mempunyai ciri probabilistic yang dirumuskan dengan baik. Factor gangguan (disturbance Term) µ bias menyatakan semua kekuatan yang mempengaruhi konsumsi tetapi belum diperhitungkan secara eksplisit.
4.      Mendapatkan data
Untuk membuat estimasi maka diperlukan data. Sumber data dapat berasal dari data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti, langsung dari sumber pertama, sedangkan data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Pengambilan data dapat dilakukan secara cross section maupun time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada satu waktu tertentu pada beberapa obyek dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan, sedangkan data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu pada satu obyek dengan tujuan untuk menggambarkan perkembangan. 
5.      Estimasi parameter dari model ekonometrika
Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah melakukan estimasi terhadap parameter fungsi konsumsi. Estimasi adalah proses pengukuran yang di dasarkan pada hasil kuantitatif atau dengan kata lain, tingkat akurasinya bias diukur dengan angka.
6.      Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik dan menarik kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut Pengambilan data dilakukan secara sampling sehingga untuk menguji keberartian koefisien regresi itu perlu dilakukan pengujian secara statistic.
7.      Peramalan atau prediksi
Setelah dilakukan persamaan pada estimasi parameter, persamaan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat prediksi.
8.      Penggunaan model untuk tujuan kebijakan
Setelah model didapatkan maka model tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan. Misalkan, jika pengeluaran 40 milyar maka akan mengurangi pengangguran 4 persen. Berapa tingkat pendapatan yang diperlukan untuk mencapai target pengeluaran 40 milyar?
40 = 1,870 + 0,616 X
0,616 X = 40 – 1,870
X = 38,130/0,616
X = 61,899
Dengan demikian jika pemerintah hendak mengurangi pengangguran sampai 4 persen, pemerintah harus mendorong pendapatan hingga mencapai 61,899 milyar. Oleh sebab itu untuk mengurangi pengangguran sebesar 4 persen, pemerintah dapat merumuskan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan sehingga pada gilirannya dapat mengurangi pengagngguran.
B.     Model Regresi Persamaan Tunggal
a.      Analisis Regresi
1.      Asal Sejarah Istilah Regresi
Istilah Regresi diperkenalkan oleh francis galton. Dalam satu makalah yang terkenal, galton menemukan bahwa meskipun ada kecendrungan bagi orang tua yang tinggi mempunyai anak-anak yang tinggi dan bagi orang tua yang pendek untuk mempunyai anak-anak yang pendek. Dia mengamati ada kecendrungan bagi rata-rata tinggi anak dengan orang tua yang mempunyai tinggi tertentu untuk bergerak atau mundur (regress) kea rah tinggi rata-rata seluruh populasi.
2.      Penafsiran Modern Regresi
Di era modern ada perubahan defenisi regresi, secara umum analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variable, variable tak bebas, pada satu atau lebih variable lain, dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai rata-rata hitung (Mean) atau rata-rata populasi variable tak bebas.
3.      Ketergantungan statistik Vs Fungsional
Dalam analisis regresi akan kita temukan ketergantungan diantara variable yang bersifat statistik, bukan fungsional atau deterministic, seperti pada ilmu fisika klasik. Kita akan menghadapi variable random (acak) Atau stokhastik.
4.      Regresi dan penyebab (Sebab-Akibat)
Suatu hubungan statistik bagaimanapun kuat dan sugestif, tidak pernah dapat menetapkan hubungan sebab akibat. Jadi gagasan kita harus dating dari luar statistik seperti teori atau lainya.
5.      Regresi vs Korelasi
Analisis korelasi yang tujuan utamanya adalah untuk mengukur kuat atau derajat hubungan linear antara dua vaiabel, sangat erat hubunganya tetapi sangat berbeda dalam konsep analisis regresi.  Dalam nalisis regresi ada asimetri bagaimana variable tidak bebas dan variable yangmenjelaskan diberlakukan. Variable bebas di asumsikan bersifat statistic, random, atau stokhastik, yaitu mempunyai distribusi probabilitas.
6.      Istilah dan notasi
Dalam literature istilah variabel tidak bebas (Dependent variable) dan variable yang menjelaskan (Explanatory Variabel) digambarkan dengan berbagai cara. Diantanya:
Variabel Bebas
 ( Dependent Variable)
Variabel yang menjelaskan
( Explanatory Variable)
↓↑
↓↑
Variabel yang dijelaskan 
(explaned Variable)
Variabel bebas
(independent Variable)
↓↑
↓↑
Yang diramalkan (predictand)
Peramal (Predictor)
↓↑
↓↑
Yang diregresi(Regressand)
Yang meregresi (Regressor)
↓↑
↓↑
Tanggapan (Response)
Perangsang atau variable kendali
(stimulus or control variable)

7.      Peranan Komputer dalam analisis regresi
Dalam mempelajari ketergantungan satu variable pada satu atau lebih variable lain, analisis regresi sering melibatkan pergitungan yang lama dan majemuk. Maka peran computer dengan segudang kecanggiihanya membantu dalam perhitungan tersebut.
8.      Analisis regresi adalah ketergantungan
Variable tidak bebas, pada satu atau lebih variable lain, variable yang menjelaskan. Tujuanya adalah untuk menaksir dan meramalkan nilai rata-rata (Mean) Atau nilai rata variable tak bebas atas dasar nilai tetap (fixed) variable yang menjelaskan yang diketahui.
b.      Analisis Regresi Dua-Variabel
Dalam bab ini kita membahas beberapa ide pundamental analisis regresi. Mulai dengan konsep kunci fungsi regresi populasi (PRF), dan kita mengembangkan konsep PRF Linear dan ide PRF stokhastik dan membahas secara rinci sifat dan peranan faktor gangguan (Disturbance Term) Stokhastik u1.
c.       Model Regresi Dua-Variabel Masalah Penaksiran.
Setelah Menaksir Regresi Populasi (PRF) atas dasar fungsi regresi sampel (SRF) seakurat mungkin. Kemudian sekarang ada bebrapa metode penyususnan SRF, tetapi terkait analisis regresi, metode yang paling luas digunakan adalah metode kuadrat terkecil biasa (method OF ordinary least squares (OLS). Metode kuadrat terkecil Biasa (OLS) dikemukakan oleh Carl Friedrich Gaus seorang Ahli Mate-Matika Jerman.
d.      Asumsi Kenormalan : Model Regresi Linear Normal Klasik
Dalam bab ini kita membahas model regresi dua variabel dengan mengasumsikan bahwa populasi gangguan (Disturbances) µ1 di distribusikan secara normal. Dalam bab ini juga telah membahas secara singkat metode alternative penaksiran titik, yaitu metode kemungkinanterbesar (ML) tetapi dengan asumsi kenormalan, penaksira ML biasanya sama dengan penaksiran OLS terutama kalau pengukuran sampel besar.
e.       Regresi Dua-Variabel : Penaksiran Selang dan Pengujian Hipotesis
Dalam Bab ini kita membahas tentang pengujian hipotesis, secara sederhana pengujian hipotesis berkenaan dengan pertanyaan: Apakah penemuan tertentu cocok dengan hipotesi yang di kemukakan atau tidak? Ada dua pendekatan yang saling melengkapi pertanyaan ini yakni selang keyakinan dan pengujian tingkat penting. Selang keyakinan memberikan sekumpulan hipotesis yang layak mengenai nilai para meter yang tidak diketahui. Dalam pengujian tingkat penting menggunakan statistic uji atau kriteria. Statistic uji biasanya mengikuti distribusi probabilitas seperti distribusi normal, t, atau chi kuadrat, dan kalau statistic uji yang dihitung melebihi melebihi nilai kritis, hipotesis nol bias ditolak, kalau sebaliknya bias di terima.
f.        Analisis Regresi Majemuk : Masalah Penaksiran
Dalam Bab ini kita akan diperkenalkan dengan model regresi majemuk yang paling sederhana yakni regresi linear tiga variable.model tiga variable memperkenalkan beberapa kkonsep baru , seperti Koefisien Regresi parsial, koefesien korelasi parsial, koefesien regresi majemuk, R2  yang tidak disesuaikan maupun yang disesuaikan dan koefisien diterminasi parsial. Kita akan membahas bagaimana hubungan antara koefisien-koefisien dan perangkap dalam mengiinterpretasikan koefisiensi korelasi sederhana.
g.      Analisis Regresi Majemuk : Masalah Inferensi
Dalam bab ini kita menutup analisis regresi dalam bentuk yang paling murni yaitu dengan asumsi ideal model linear klasik.dan mengkaji bagaimana menangani masalah kembar penaksiran dan inferensi, bagaimana untuk menaksir koefisien regresi sederhana dan parsial serta kesalahan standandarnya, koefisien korelasi sederhana dan parsial, dan koefisien determinasi sederhana dan majemuk. Juga kita telah melihat bagaimana penaksir berkaitan dengan nilai populasinya dengan menggunakan teknik selang keyakinan, pengujian hipotesis, dan analisis varians.
h.      Pendekatan Matriks Untuk model regresi Linear
Bab ini menyajikan model regresi linear klasik meliputi k Variabel (y dan x2, x3,….. , xk) dalam notasi aljabar matriks. Manfaat besar aljabar matriks dibandingkan dengan aljabar sekala r adalah bahwa aljabar matrik memberikan metode yang ringkas untuk menangani model regresi yang meliputi berapapun banyaknya variable.
C.     Penyimpangan Asumsi Model Klasik
Bab ini membahas secara panjang lebar model regresi linear normal klasik dan menunjukan bagaimana model tadi dapat digunakan untuk menangani problem kembar inferensi statistik. Dalambagian ini ada beberapa asumsi menyederhanakan yaitu :
1.       Nilai rata-rata bersayrat dari unsur gangguan populasi ս1, tergantung kepada nilai tertentu variable yang menjelaskan (X) Adalah Nol.
2.      Varians bersyarat dari ս1 adalah konstan atau homo homokodastik.
3.      Tidak ada auto korelasi dalam gangguan.
4.      Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik (yaitu tetap dalam penyampelan berulang) atau jika skokastik, didistribusikan secara independen dari gangguan ս1.
5.      Tidak ada multi kolinieritas diantara variable yang menjelaskan x.
6.      ս didistribusikan secara normsl dnegan rata-rata varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, kita melihat bahwa penaksir kuadrat-terkecil biasa (OLS) dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linear terbaik (BLUE), dan dengan asumsi kenormalan, didistribusikan secara normal.
a.      Multikolinearitas
Satu dari asumsi model linear klasik adalah tidak adanya multikolinearitas diantara variable yang menjelaskan yaitu diantara X. di interprestasikan secara luas, multikolinearitas berhubungan dnegan situasi dimana ada hubungan linear baik yang pasti ataupun mendekati pasti diantara variable. Mekipun tidak ada metode yang pasti dalam mendetekse kolinearitas tapi ada beberapa indicator untuk itu yaitu .
1.      Ketika R2 sangat itnggi tetapi tak satupun koefisien regresi penting (Signifikan) secara statistic dalam uji T yang konvensional.
2.      Dengan memeriksa korelasi derajat Nola tau sederhana antara dua variable tadi.apabila kolerasinya tinggi biasanya multikolinearitasnya sebagai penyebabnya.
3.      Tetapi korelasi derajat nol sering menyesatkan yang meliputi lebih dari dua variable X karna ada kemungkinan korelasi derajat Nol yang rendah dan mendapatkan multikolinearitas tinggi.
4.      Jika R2 tinggi tetapi korelasi parsia rendah multikolinearitas merupakan satu kemungkinan.
5.      Suatu R1i yang tinggi akan menguraikan bahwa Xi sangat berkorelasi dengan sisa variable X.
b.      Heteroskedasitas
Dalam bab ini kita mengisi validitas asumsi ini dan ingin mengetahui apa yang terjadi jika asumsi ini tidak dipenuhi. Satu asumsi peting medel regresi linear klasik adlah varians setiap unsur disturbance սi. Suatu angka konstan yang sama dengan ơ, ini merupakan asumsi homoskedesitas, atau penyebaran (scendasticity) sama (homo). Yaitu varians yang menggunakan lambing.
            E (սi2 ) = ơ2          I = 1, 2, ….,N
c.       Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkkaian observasi yang di urutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Dalam kontek regresi, model regresi linear klasik mengasumsikan bahwa auto korelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan սi. Dengan menggunakan lambang
                        E (սi սi) = 0 I ≠ j
Unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Jika semua asumsi model regresi linear klasik semua dipenuhi, teori gausmarkov menyatakan bahwa dalam kelas semua penaksir tak bias linear, maka penaksir OLS lah yang di pakaikarena variasinya lebih minimum. Sebagai hasilnya, jika penaksiran OLS di pakai dalam situasi autokorelasi adapun konsekuensinya adalah selang keyakinan menjadi lebar secara tak perlu dan pengujian arti (signifikan) terlalu kuat.
Jika kita mengabaikan batas masalah autokorelasi dan trus menerapkanformula OLS klasik konsekuensinya nampaknya akan lebih jauh, dan lebih serius.
D.     Pokok Bahasan dlam Ekonometrika.
a.      Model Autoregresif dan Lag yang di distribusikan  (Distributed-Leg)
Dalam ilmu ekonomi ketergantungan suatu variable Y atau variable yang tak bebas atas variable lain X (Variabel yang menjelaskan) jarang bersifat seketika.sangat sering Y bereaksi terhadap X dengan selang waktu. Selang waktu tersebut dinakan lag, dan yang memperhitungkan itu disebut model regresi yang melibatkan variable lag atau model regresi lag (lagged Regresion Models). Ada dua jenis variabel leg yakni variabel nonstokastik atau yang stokastik,
b.      Regresi ats variabel Dummy
Variabel dummy atau dikenal variabel kualitatif merupakan variabel bebas selain variabel yang dinyatakan secara kualitatif y sepeti pendapatan, harga, hasil dll, tapi juga variabel yang pada dasarnya bersifat kualitatif seperti jenis kelamin, ras, agama dll. Karena variabel seperti itu menunjukan adanya atau tidak adanya kualitas atau ciri-ciri, salah satu metodenya adalah dengan metode kuantitatif yakni mengambil nilai 1 atau 0. Nah variabel yang mengambil nilai seperti 0 dan 1 disebut variabel dummy, nama lainya adalah variabel indicator, variabel binary (2 angka), variabel bersifat kategori, variabel kualitatif, dan variabel yang membagi dua (dichotomous). Suatu model regresi mungkin berisi model variabel yang menjelaskan yang secara eksklusif bersifat dummy, atau pada dasarnya kualitatif. Model seperti itu disebut model analisis varians (AOV) sebagai Contoh:
                        Yi = α +βD + սi
Dimana Y = Variabel Signifikan (Gaji, Harga, dll)
            Di = 1 Jika variabel Dummy (Laki-Laki)
                 = 0 Jika lainya (yaitu pengajar wanita)
c.       Regresi Atas Variabel Tak Bebas Dummy
Dalam bab ini kita membahas model-model dimana variabel tak bebas bersifat dikotomi, mengambil niali 1 atau 0 antara iya dan tidak. Model dengan variabel tak bebas dummy jika dinyatakan dalam pungsi linear dari variabel yang menjelaskan baik bersifat kuantitatif atau kualitatif maupun keduanya tetap disebut model probabilitas linear (LPM)
d.      Model persamaan tunggal : beberapa pokok bahasan lanjutan
Seringkali kita mengsumsikan secara implisit bahwa variabel tak bebas Y dan variabel yang menjelaskan di ukur tanpa satupun kesalahan, asumsi yang kita perhitungkan dengan akurat itu memang harus betul-betul dari proses perhitungan ybukan dari taksiran ataupun pembulatan. Sayangnya hal yang ideal ini tidak di jumpai di lapangan dengan berbagai alasan seperti kesalahan pengukuran merupakan kesalahan yang mungkin akan menimbulkan kesulitan, seperti yang di tunjukan dalam pola berikut :
            Yi* = α + βXi + սi
Yi* = belanja Konsumsi permanen
 Xi = Pendapatan saat ini
 ui = gangguan stokastik

E.     Model Persamaan Simultan
Pengamatan sepintas lalu atas pekerjaan empiris dalam bisnis dan ekonomi akan menunjukan banyak hubungan ekonomi merupakan jenis persamaan tunggal. Tettapi ada situasi dimana ada aliran pengaruh aliran dua arah diantara variabel ekonomis. Yaitu satu variabel ekonomis mempengaruhi variabel ekonomis lain dan sebaliknya seperti nilai uang terhadap bunga.
a.      Model Persamaan Simultan
Model ini berbanding terbalik dengan model persamaan tunggal dimana hanya ada satu persamaan yang menhubungkan satu variabel tak bebas atau tunggal dengan sejumlah variabel yang menjelaskan baik yan non stokastik atau jika stokastik, dan didistribbusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik.
b.      Masalah Identifikasi
Yang dimaksud dengan masalah identifikasi adalah apakah taksiran dari parameter persamaan structural dapat diperoleh dari koefisien bentuk yang direduksi dan di taksir. Jika ini dapat dilakukan maka kita mengatakan persamaan itu terindentifikasikan. Suatu persamaan yang diidentifikasikan bias berupa tepat (sepenuhnya) jika nilai angka yang unik dari parameter structural dapat diperoleh.
c.       Metode Persamaan Simultan
Jika kita sumsikan bahwa persamaan dalam model persamaan simultan diidentifikasikan (baik terlalu atau tepat) ada beberapa metode penaksiran yaitu metode persamaan tunggal dan metode system. Metode persamaan tunggal untuk kesalahan spesifikasi dan sebagainya. Cirinya adalah orang dapat menaksir satu persamaan tunggal dalam model persamaan majemuk tanpa mengkhawatirkan terlalu banyak mengenai persamaan lain dari model.

F.      Suatu peninjauan kembali beberapa konsep statistik
a.      Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Kejadian
Ruang Sampel adalah kumpulan dari semua hasil yang yang mungkin dari satu experiment random atau change. Dan tiap anggota dari ruang sampel ini disebut dengan titik sampel. Jadi dalam exsperimen melemparkan dua mata uang ruang sampel terdiri dari empat hasil yang mungkin = HH, HT, TH, dan TT Dimana HH berarti head pada lemparan pertama dan juga head pada lemparan kedua, HT berarti suatu head pada lemparan pertama dan tail pada lemparan kedua dan seterunya. Masing-masing kejadian tadi merupakan titik sampel.
      Suatu kejadian (Event) adalah bagian (subset) dari ruang sampel.jadi, jika kita misalkan A menggambarkan terjadinya suatu head atau tail, maka dari hasil yang mungkin taddi hanya dua yang termasuk pada A, yaitu HT dan TH. Dalam kursus ini A merupakan suatu kejadian.
b.      Probabilitas dan Variabel Random
Misalkan A merupakan suatu kejadian dalam banyaknya percobaan dalam kejadian A dari suatu exsperimen jika m dalam hasil tadi menguntungkan dari jumlah exsperimen. Kita mendefenisikan m/n sebagai prekuensi relative dari kejadian A. maka frekuensi relative ini akan memberikan suatu pendekatan yang sangat baik dari probabilitas.
Variabel Random adalah suatu variabel yang nilainya ditentukan oleh hasil suatu exsperiman random. Dan biasanya dinotasikan dengan huruf X,Y,Z dan seterusnya.
G.    Dasar-Dasar Aljabar matriks
Suatu matriks adalah sautu barisan segi empat dari angka angka atau unsur yang di atur dalam baris dan kolom. Tepatnya suatu matriks dari ordo, atau dimensi M dengan N ( ditulis sebagai M x N) adalah kumpulan dari M x N unsur yang disusun dalam M baris N kolom.


                        a11   a12   a13 ….   A1N
A = [Aij] =        a21   a22   a23  ….  a2n
                        ……………………
                        aM1 aM2  aM3        aMN

H.    Kesimpulan
Secara bahasa, econometrics berarti ecomonic measurement atau pengukuran ekonomi. Meskipun, pengukuran merupakan bagian penting dari sebuah ekonometrika, akan tetapi ekonometrika merupakan suatu kajian sangat luas. Secara sederhana dapat dipahami bahwa ekonometrika merupakan gabungan dari teori ekonomi, matematika ekonomi, dan statistika ekonomi yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan meramal (forecasting) suatu trend saat ini ataupun masa depan.
Metodologi ekonometrika merupakan tahapan yang harus dilalui untuk melakukan analisis terhadap fenomena ekonomi secara ilmiah. Tahapan pada metodologi ekonometrika adalah sebagai berikut:
1)      Peryataan teori atau hipotesis
2)      pesifikasi model matematis berdasarkan teori
3)      Spesifikasi model ekonometrik berdasarkan teori
4)      Mendapatkan data
5)      Estimasi parameter dari model ekonometrika
6)      Pengujian Hipotesis
7)      Peramalan atau prediksi
8)      Penggunaan model untuk tujuan kebijakan

Empat elemen dasar ekonometrika yaitu:
  1. Suatu sampel data
  2. Model ekonometrika
  3. Metode estimasi
  4.  Beberapa metode penarikan kesimpulan.
  5. Dalam ekonometrik, data berasal dari dua sumber: Experiments dan Non-Exsperiment observation

kedua sumber tersebut dapat di kategorikan menjadi tiga tipe :
1.      Time sries data
2.      Cross- Sectional data
3.      Panel data