Friday, February 24, 2023

Multi Efek Pj Bupati Agara dan Segudang Tugas Berat Menantinya


 Tepat pada hari kemarin, Selasa, 11 Oktober 2022 Gubernur Aceh, Achmad Marzuki melantik bapak Drs. Syakir. M.Si sebagai Pj Bupati Aceh Tenggara bersamaan dengan tiga Pj Bupati lainya diantaranya Syaridin porang sebagai Pj Bupati Gayo Lues, Fitriany Sebagai Pj Bupati Nagan Raya, dan Mahdi Effendi sebagai Pj Bupati Aceh Barat. Prosesi sakral dan berejarah tersebut berlangsung di Anjong Mon Mata Kompleks Pendopo Gubernur Aceh.


Pelantikan tersebut menjawab spekulasi dan rasa ingin tau masyarakat Aceh Tenggara selama enam bulan terakhir. Berbagai tanggapan muncul sebelum dan sesudah pelantikan tersebut, sebagian kelompok menerimanya dengan suka cita, adapula kelompok lain yang menerima dengan duka cita, meskipun sebagian besar masyarakat awam menerima begitu saja tanpa tanpa ekpresi apa-apa.

Perasan suka maupun tidak suka dengan hasil keputusan mendagri dalam menetapkan PJ bupati tentu bukan tanpa alasan. Mungkin sebagian kelompok berharap agar Pj Bupati Agara diisi oleh putra-putra terbaik Aceh Tenggara yang mungkin memiliki kapabilitas untuk menjabat sebagai Pj Bupat, dengan alasan penguaasaan wilayah yang lebih baik ketimbang orang luar, walaupun tidak terpungkiri tersisip pula muatan politis mengiringinya. Disilain sebagian pihak yang bersuka cita mungkin dilatar belakangi ketikak percayaan kepada nama tokoh yang muncul dipermukaan atau bahkan kontras dengan tokoh-tokoh tersebut.

Jika kita berbicara terkait untung dan rugi, penunjukan Pj Bupati non putra daerah. Kita harusnya melihat dari berbagai sisi, Kalau kita melihat sisi objektif kita tracking bahwa Pj Bupati Aceh Tenggara yang dilantik merupakan orang birokrat tulen yang memiliki kapasitas dan pengalaman di dunia pemerintahan, baik dari latar belakng pendidikan beliau adalah lulusan STPDN dan Magister Universitas Gajah Mada dan saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Aceh. Tentunya kapasitas beliau dalam urusan pemerintahan tidak bisa diragukan. Dengan penunjukan beliau sebagai PJ Bupati Aceh Tenggara semoga akan menjadi berkah memperbaiki sistem dan tatanan pemerintahan di Aceh Tenggara kedepan.

Kalau dari kacamata politis, penunjukan Syakir menjadi Pj tentu merubah konstalasi politik lokal di Aceh Tenggara, Karena jangankan membayangkan syakir menjadi Pj Bupati, bahkan namanya tidak tercium sebagai kandidat pj diruang publik dan mungkin dari semua faksi politik lokal yang ada di Aceh Tenggara. Maka secara politis semua faksi politik di Agara bisa dikatakan kalah dalam percaturan PJ Bupati agara kali ini, meskipun beberapa hari sebelum pelantikan paska nama Syakir tercium sebagai kandidat kuat berbagai spekulasipun muncul bahwa beliau adalah hasil rekomendasi pihak tertentu Wallahualam.

Monday, August 17, 2020

Pemuda dan Kemerdekaan

Semarak kemerdekaan Indonesia ke-75 menjadi momen penting bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama pemuda. Pemuda menjadi pilar penting dalam sejarah pendirian bangsa, hal tersebut tereksplanasi dari tiga momentum sejarah penting bangsa ini yang dipelopori oleh kaum muda pada eranya, Pemuda angkatan 1908 mengakomodir kesadaran akan suatu bangsa melalu "Budie Utomo", Duapuluh tahun berselang pemuda angkatan 1928 kembali berhimpun dan mendeklarasikan "Sumpah Pemuda" yang berisikan Berbangsa, Berbahasa, dan bertumpah darah Indonesia, dan menjadi sinyal akan lahirnya Negara Indonesia. Benar saja, belasan tahun paska deklarasi tersebut pemuda Angkatan 1945 kembali mendesak Sukarno pada pristiwa "Rengas Dengklok" untuk memproklamirkan kemerdekaan Pada 17 Agustus 1945". 


Peran pemuda dalam mencintai bangsanya mestinya tidak diragukan, narasi nasionalisme penuh dengan idealisme dan semangat persatuan, tak seperti kaum elitis yang mengobral nasionalis demi kepentingan politis individualistis. Memaknai kemerdekaan Indonesia ke-75 oleh kalangan muda adalah memastikan ya terwujudnya cita-cita pendirian bangsa dalam butir UUD-45 yaitu memastikan terwujudnya Perlindungan, Kesejahteraan, Pendidikan, dan Perdamaian bagi masyarakat Indonesia. 


Cita-cita mulia tersebut saya yakin takan mampu terwujud tanpa pelibatan kaum muda dalam barisan gerakan mewujudkan cita bangsa, meskipu ruang itu terkadang tidak disediakan dan pemuda seringkali tersegregasi dalam membangun dan mengembangkan bangsa, Pemuda akan menciptakan ruang dan gaya sendiri dalam menginterpretasikan eksistensi rasa nasionalisme mereka pada negeri ini. Karena sejatinya pemuda tidak akan pernah absen dalam setiap sejarah peradaban

Thursday, October 17, 2019

Teori Biaya Produksi Islam


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latarbelakang
Produksi adalah pekerjaan berjenjang yang memerlukan kesungguhan usaha manusia, pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang terpusat dalam lingkungan tertentu untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Pemahaman produksi dalam islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber yang diperbolehkan dan melipatgandakan income dengan tujuan kesejahteraan masyarakat, menopang eksitensi serta ketinggian derajat manusia.[1]
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. Sistem produksi berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta factor produksi.
Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa. Sedangkan faktor-faktor produksi berarti segala yang menunjang keberhasilan produksi seperti faktor alam, factor tenaga kerja, faktor modal serta factor manajemen. Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan (need). Produksi berarti memenuhi semua kebutuhan melalui kegiatan bisnis karena salah satu tujuan utama bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs and wants) manusia. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, manusia membutuhkan makan, minum, pakaian dan perlindungan.[2]
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang digunakan menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan. [3]
1.1  Rumusanmasalah
1.      Bagaimana Pengertian produksi dan Biaya Produksi?
2.      Faktor-Faktor dan Fungsi Biaya Produksi apa saja dalam Pandangan Islam?
3.      Apa saja Tujuan Produksi dalam Islam?
4.      Bagaimana Mekanisme Biaya Produksi dalam Islam?
1.3  TujuanMakalah
Adapun tujuan dari penyusunan makah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ekonomi Mikro Makro.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian produksi dan Biaya Produksi
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat:
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (al-Jaatsiyah: 13).[4]
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah pengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan  optimal agar kesejahteraan dan keadilan ditegakkan.[5]
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.[6]
Dalam Islam kegiatan produksi bukan saja untuk memperoleh keuntungan namun untuk maslahah masyarakat, produsen dituntut untuk berlaku adil dan pemerataan produksi. UI Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya adalah bersifat wajib. Ia menklasifikasikan kebutuhan menjadi tiga bagian yaitu pertama kebutuhan dasar ( daruriyyah ), perlengkapan (hajiyyah), kenyamanan (tahsiniyah ). Produsen dalam Islam bukanlah orang yang memburu keuntungan semata melainkan memburu maslahah. Maslahah dalam kegiatan produksi keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menentukan kombinasi antara berkah dan keuntungan yang memberikan maslahah secara maksimal.[7]
Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.
Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinya falah.Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.[8]
Pengertian biaya produksi dapat diartikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahan tersebut. Biaya produksi secara garis besar dibedakan dua macam, yaitu biaya eksplisit dan tersembunyi.[9]
B.     Faktor-Faktor dan Fungsi Biaya Produksi dalam Pandangan Islam
Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Sementara jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.[10]
Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvensional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai islam dan batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan. Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi islam dengan ekonomi konvensional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :[11]
1.      Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti tanah, tumbuhan, hewan, udara, sinar matahari, hujan, bahan tambang dan lain sebagainya. Faktor produksi sumber daya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung.
2.      Sumber Daya Manusia (Tenaga kerja)
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.
3.      Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.
4.      Sumber Daya Pengusaha (Manajemen)
Sumber daya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan manajemen. Karena sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk mengkombinasikan faktor-faktor produksi, sehingga pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.[12]
5.      Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada saat ini, teknologi mempunyai perananan yang sangat besar dalam sektor ini. Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang/jasa jauh lebih baik, karena didukung oleh faktor teknlogi.[13]
Sistem atau atauran tidak lain adlah perencanaan dan arahan. Sedngkan modal (oleh Yusuf al Qardawi) dalam bentuk alat dan pra sarana diartikan sebagai hasil kerja yang disimpan. Dengan demikian faktor utama yang dominan dalam produksi addalah kualitas dan kuantitas manusia (labor), sisitem atau prasarana yang kemudian kita sebut sebagai teknologi dan modal (segala sesuatu dari hasil kerja yang disimpan).
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengola resources yang telah disediakan oleh allah secara efessien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus yag dihindari oleh manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam islam.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang teori  produksi ini, pertama yang harus kita ketahui adalah defenisi dan makna dari fungsi dari produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output (yang berupa barang atau jasa) yang dapat dihasilkan dalam satu periode.[14]
Dalam kasus ini fungsi produksi untuk memproduksi barang Q untuk dua variabel indenpenden dapat diformulasikan sebagai Q= f(K,L) yang menunjukan berapa jumlah maksimal barang Q yang dapat di produksi dengan menggunakan beberapa alternative kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).

Pada gambar diatas input modal di gambarkan pada sumbu vertical( dengan simbol K, dalam santuan jam/mesin). Sedangkan input tenaga kerja digambarkan pada sumbu horizontal (dengan simbol L, dalam satuan jam tenaga kerja). Dengan demikian, berbagai kombinasi input K dan L dapat dipetakan. Titik-titik kombinasi input K dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling menghubungkan sehingga membentuk suatu kurva. Kurva ini disebut kurva isoquant (iso= sama, quant= kuantitas output).
Pada gambar diatas kita dapat disimpulkan tiga buah kurva isoquant, yakni kurva isoquat 1 (dengan simbol Q1), kurva isoquant 2 (dengan simbol Q2), dan kurva isoquant 3 (dengan simbol Q3). Semakin kurva isoquant menjahui titik 0, maka jumlah input semakin besar dan jumlah output semakin besar pula.
C.    Tujuan Biaya Produksi dalam Islam
Tujuan produksi dalam Islam sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan diciptakan dan diturunkannya manusia ke muka bumi, yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dengan memahami tujuan penciptaan manusia tersebut, kita lebih mudah memahami tujuan produksi dalam Islam. Sebagai khalifah, manusia mendapat amanat untuk memakmurkan bumi. Ini berarti bahwa manusia diharapkan untuk turut campur dalam proses-proses untuk mengubah dunia yang apa adanya menjadi apa yang seharusnya. Alam telah dirancang oleh Allah sedemikian rupa untuk tunduk pada kepentingan manusia, dirancang da dimaksudkan untuk memenuhi kesejahteraan manusia.
Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok umat manusia dan berusaha agar setiap orang dapat hidup dengan layak, sesuai dengan martabatnya sebagai khalifah Allah. Dengan kata lain, tujuan produksi adalah tercapainya kesejahteraan ekonomi.
Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi meliputi:
1.      Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan meningkatkan proses produksi secara terus menerus.
2.      Meningkatkan jumlah dan mutu produksi.
3.      Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi, dan
4.      Memenuhi kebutuhan dan kepentingan produsen serta konsumen.[15]
Dalam ekonomi Islam, tujuan produksi meliputi:
1.      Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar.
2.      Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga.
3.      Bekal untuk generasi mendatang.
4.      Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.[16]
Terlihat bahwa diantara tujuan produksi dalam ekonomi konvensional adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya., berbeda dengan tujuan produksi dalam Islam, yang bertujuan untuk memberikan maslahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun tujuan utama ekonomi Islam adalah memaksimalkan maslahah, memperoleh keuntungan tidaklah dilarang selama masih berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.
Dapat dikatakan bahwa tujuan produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan masslahah yang optimum bagi individu ataupun manusia secara keseluruhan. Dengan maslahah optimum ini, maka akan dicapai falah (kebahagiaan) yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falah adalah kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia. Kemuliaan dan harkat martabat manusia harus mendapat perhatian utama dalam keseluruhan aktivitas produksi.

D.    Mekanisme Biaya Produksi dalam Islam
1.      Biaya Produksi dalam Islam
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang. Yang telah terjadi atau yang memugkinkan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan. Dalam arti sempit, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat empat unsur dalam biaya yaitu :
a.       Diukur dalam satuan uang
b.      Telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
c.       Pengorbanan sumber ekonomi
d.      Untuk mencapai tujuan tertentu[17]
Dalam arti luas biaya adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan menciptakan produk yang diproduksi perusahaan tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya yang selalu berubah. Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan (total cost). Biaya produksi total didapat dari penjumlahan biaya tetap (fix cost) dan biaya berubah (variable cost).

1)      Biaya tetap (fixed cost)
Segala macam biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tidak memandang apakah perusahaan itu sedang menghasilkan barang atau tidak. Biasanya dalam bentuk gaji karyawan, abodemen, sewa dan lain-lain. Secara teoritis jenis biaya ini sangat penting dan krusial bagi perusahaan. Karena akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal penentuan tingkat impas penentuan tingkat leverage dan maksimum biaya. Dalam tahap ini dimana perusahaan tidak berproduksi, maka biaya tetap adalah merupakan biaya totalnya, jadi FC=TC
2)      Biaya variabel
Biaya variabel (variabel cost), VC =f (output atau Q), yaitu segala macam biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan besar kecilnya unit produksi yang dihasilkan. Bila tenaga kerja yang digunakan tidak digaji tetap melainkan di upah, maka bebannya termasuk dalam biaya variabel.[18]Secara teoritis biaya variable dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
·         Biaya variabel yang bersifat progresif, yaitu biaya variabel yang nilainya semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya beban produksi.
·         Biaya variabel yang bersifat proposional, yaitu biaya yang proposi nilainya sama dengan proposi pertambahan beban produksi.
·         Biaya variabel yang bersifat degresif yaitu biaya variabel yang nilainya semakin menurun seiring bertambahnya beban produksi.

3)      Total Cost (Total Cost)
Biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : TC= FC+VC.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2KHOuI0Hft6nYltOFSaTgNREQdASsQh0PW103iT1IOxflZ6ahxcjrdpglgi66rX1c0aAr3mpEAsbQTdJv-z2lvA8SUm0m_d2TP6yfrVR89K-ens3oBdSYzJ7Ad8sWjG0dIa_WIa3CiDqP/s320/kurva+biaya.jpg
Kurva FC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang di produksi. Sedangkan kurva VC bermula di titik nol dan semakin lama akan semakin tinggi. Ini menggambarkan, bahwa ketika tidak ada produksi berarti FC= 0 dan semakin besar produksi semakin besar pula nilai biaya total (VC), bentuk kurva VC pada akhirnya akan semakin tegak. [19]
2.      Pemaksimuman Keuantungan
Kuntungan yang maksimum dapat dicapai apabila perbedaan antara hasil penjualan dengan biaya prosuksi mencapai tingkat yang paling besar. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi. Sementara itu, kerugian akan diambil apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi. Sementara itu kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi. [20]
Dalam menganalisis suatu usaha, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu biaya produksi yang harus dikeluarkan dan hasil penjualan dari barang-barang produksi. Di dalam jangka pendek pemaksimulan keuntungan oleh suatu perusahaan dapat dicari dengan dua caya yakni ; membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total dan menunjukkan hasil penjualan marginal sama dengan biaya marginal. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan total yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai maksimum apabila perbedaan diantar keduanya adalah maksimum. Untuk menetukan keadaan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil penjualan total dan biaya total pada setiap tingkat produksi, dimana hasil penjualan total melebihi biaya total pada jumlah yang paling maksimum. (keuntungan = hasil penjualan – biaya produksi). Misalnya pada produksi 1, hasil penjualan barang produksi 150, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan adalah 200, berarti perusahaan rugi 50, bila produksi 2 memperoleh penjualan 300, dengan biaya produksi 280, maka keuntungan yang diperoleh adalah 20.
Berkaitan dengan keuntungan dalam produksi, Imam Al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa mencari keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan. Namun ia memberikan penekanan pada etika bisnis, bahwa keuntungan yang hakiki yang dicari adalah keuntungan akhirat. Dengan cara-cara yang digariskan syaria, yaitu nilai-nilai keadilan dan menghindari dari kezaliman. Yang lebih menarik dari pernyataan Al-Ghazali adalah mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan yang selanjutnya hal ini akan meningkatkan keuntungan.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan kurva atau biaya rata-rata dan biaya marginal. Pemaksimulan keuntungan dicapai pada tingkat produksi dimana hasil penjualan marginal (marginal revenue/MR ) sama dengan biaya maginal (MC), MR = MC. marginal revenue merupakan tamabhan hasil penjualan yang diperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barang yang diproduksi. Kalau harga barang tetap Rp 3000,-, sebanyak unit tambahan barang yang dijual akan menambah hasil penjualan sebanyak Rp 3000,-, juga.[21]
3.      Motif Produksi
Pembahasan produksi dalam ekonomi konvensional senantiasa mengusung maksimalisasi keuntungan sebagai motif utama sekaligus sebagai tujuan dari keputusan ekonomi. Strategi, konsep dan teknik produksi semua diarahkan untuk mencapai keuntungan maksimum, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Produsen dalam sistem ekonomi ini adalah profit seeker atau profit maximizer. Motif keuntungan maksimal sebagai tujuan produksi dalam sistem ekonomi konvensional dinilai merupakan konsep yang absurd. Upaya memaksimalkan keuntungan ini membuat sistem ini sangat mendewakan produktivitas dan efisiensi produksi. Motivasi keuntungan maksimum ini sering memunculkan masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen yang meskipun mereka tidak melakukan pelanggaran hukum formal. Para produsen mengabaikan masalah eksternalitas atau dampak yang merugikan dari proses produksi yang menimpa masyarakat, seperti limbah produksi. [22]
Motif untuk memaksimalkan keuntungan di pandang tidak salah dalam Islam upaya untuk mencari keuntungan di pandang tidak salah dalam Islam. Upaya untuk mencari keuntungan merupakan konsekuensi logis dari aktivitas produksi seseorang karena keuntungan itu merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa kegiatan produksi ini adalah dalam rangka memaksimalkan kepuasan dan keuntungan dunia dan akhirat. Dalam pandangan Islam, produksi bukan sekedar aktivitas yang bersifat duniawi, tetapi juga merupakan sarana untuk mencari kebahagian hidup di akhirat kelak. Untuk itu motivasi produsen dalam memaksimumkan keuntungan harus dilakukan dengan cara-cara sejalan dengan tujuan syariah (maqashid syariah), yaitu mewujudkan kemaslahatan hidup bagi manusia dan lingkungannya secara keseluruhan. Dengan demikian, produsen adalah mashlahah maximizer.
Maslahah dalam perilaku produsen terdiri atas dua komponen, yaitu manfaat atau berkah. Produsen atau perusahaan yang menaruh perhatian pada keuntungan, maka manfaat yang diperoleh adalah berupa materi. Sementara itu, berkah adalah bersifat abstrak dan tidak secara langsung berwujud berupa materi. Berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinnya. Misalnya seorang produsen yang mempekerjakan tenaga kerja harus menunaikan hak tenaga kerja berupa gaji yang adil dan layak. Dia tidak dibolehkan melakukan eksploitasi tenaga kerja (misalnay menekan upah seminimal mungkin) .
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimplan
1.      Dalam Islam kegiatan produksi bukan saja untuk memperoleh keuntungan namun untuk maslahah masyarakat, produsen dituntut untuk berlaku adil dan pemerataan produksi. UI Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya adalah bersifat wajib. Ia menklasifikasikan kebutuhan menjadi tiga bagian yaitu pertama kebutuhan dasar ( daruriyyah ), perlengkapan (hajiyyah), kenyamanan (tahsiniyah ).
2.      Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Sementara jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.
B.     Saran
Penulis menyadari makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini menjadi salah satu kontribusi dari penulis serta bermanfaat bagi para pembaca.













DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abdul Husain. 2004. Ekonomi Islam. Yogyakarta: MagistraInsani Press
            Zaki Fuad Chalil. 2009. PemerayaanDistribusiKekayaanDalamEkonomi Islam. Jakarta: Erlangga
            Mustafa Edwin, Nasution. 2007. Pengenalan Eksklusif  Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana
                Mawardi,2007 Ekonomi Islam, Pekanbaru: Alaf Riau
            Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi. 2015. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid al-syariah. Jakarta: Prenadamedia Group
            Karim, Adiwarman, Ir. S.E., M.A. 2007. Ekonomi Mikro Islami, Jakarta : IIIT Indonesia
            Rozalinda, Ekonomi Islam 2014 Teori dan Aplikasinnya pada Aktivitas Ekonomi, Jakarta : Rajawali Pers
            Muhammad, Drs. M.Ag. 2004. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
            Rustam Efendi. 2003. Produksi dalam Islam. Yogyakarta: Megistra Insania Press


[1] Abdullah Abdul Husain, Ekonomi Islam. (Yogyakarta : MagistraInsani Press 2004) hal.159
[2] ZakiFuadChalil, PemerayaanDistribusiKekayaanDalamEkonomi Islam, ( Jakarta : Erlangga 2009)
[3] Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinnya pada Aktivitas Ekonomi, 2014, Jakarta : Rajawali Pers, hal. 120

                [4] Mustafa Edwin, Nasution, Pengenalan Eksklusif  Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 104
                [5] Ibid., hal.102-103
                [6] Ibid., hal. 105
                [7] P3EI UII kerja sama dengan BI, Ekonomi Islam,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 259
                [8] Ibid., hal. 252
[9] Sandono Sukino, pengantar ekonomi Mikro, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) hal. 205
                [10] Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid al-syariah, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015) hal.118
                [11] Ir. Adiwarman Karim, S.E., M.A., Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : IIIT Indonesia, 2002), hal. 81.
                [12]  Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2007), hal. 69-72.
                [13] Op.Cit, Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, hal. 121
[14] Adiwarman Karim,ekonomi mikro islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2007), hal. 104
                [15] Op.Cit, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII, hal. 233
            [16] Rustam Efendi, 2003,  Produksi dalam Islam,Yogyakarta: Megistra Insania Press, hal. 27-33
[17] Rozalinda, Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinnya pada Aktivitas Ekonomi, 2014, Jakarta : Rajawali Pers, hal. 120
[18] Ibid., hal. 121
[19] Ibid., hal. 121
[20] Ibid., hal. 124
[21] Ibid.,hal. 125
[22] Ibid., hal 125