BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Produksi
adalah pekerjaan berjenjang yang memerlukan kesungguhan usaha manusia,
pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang terpusat dalam lingkungan tertentu
untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Pemahaman produksi dalam
islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-faktor
sumber yang diperbolehkan dan melipatgandakan income dengan tujuan
kesejahteraan masyarakat, menopang eksitensi serta ketinggian derajat manusia.
Produksi
dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk
mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber
ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi
kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas produksi hendaknya berorientasi
pada kebutuhan masyarakat luas. Sistem produksi berarti merupakan rangkaian
yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta factor produksi.
Prinsip
produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan
akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan
jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa. Sedangkan
faktor-faktor produksi berarti segala yang menunjang keberhasilan produksi seperti
faktor alam, factor tenaga kerja, faktor modal serta factor manajemen.
Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan (need). Produksi
berarti memenuhi semua kebutuhan melalui kegiatan bisnis karena salah satu
tujuan utama bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (needs and
wants) manusia. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, manusia membutuhkan makan,
minum, pakaian dan perlindungan.
Biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya
merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi
untuk memperoleh pendapatan. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan-bahan mentah yang digunakan menciptakan barang-barang yang diproduksi
perusahaan.
1.1 Rumusanmasalah
1. Bagaimana
Pengertian produksi dan Biaya Produksi?
2. Faktor-Faktor dan Fungsi Biaya
Produksi apa saja dalam Pandangan Islam?
3. Apa
saja Tujuan Produksi dalam Islam?
4. Bagaimana
Mekanisme Biaya Produksi dalam Islam?
1.3 TujuanMakalah
Adapun tujuan dari
penyusunan makah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ekonomi
Mikro Makro.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
produksi dan Biaya Produksi
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah
keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alam semesta.
Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat:
“Dan
dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(al-Jaatsiyah: 13).
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan
sebagai khalifah, bumi adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah
pengelola segala apa yang terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi
dan kegunaannya. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah pengelola resources yang
telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan
dan keadilan ditegakkan.
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang
adalah orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah
dalam arti luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau
berusaha. Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan
peranan yang sangat penting dalam Islam.
Dalam
Islam kegiatan produksi bukan saja untuk memperoleh keuntungan namun
untuk maslahah masyarakat, produsen dituntut untuk berlaku adil dan
pemerataan produksi. UI Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu
kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya adalah bersifat wajib. Ia
menklasifikasikan kebutuhan menjadi tiga bagian yaitu pertama kebutuhan
dasar ( daruriyyah ), perlengkapan (hajiyyah), kenyamanan (tahsiniyah
). Produsen dalam Islam bukanlah orang yang memburu keuntungan semata
melainkan memburu maslahah. Maslahah dalam kegiatan produksi
keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menentukan kombinasi antara berkah
dan keuntungan yang memberikan maslahah secara maksimal.
Upaya
produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila
produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally
mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada
tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.
Penerapan
nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi
produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah
yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member
kontribusi bagi tercapinya falah.Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh
kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.
Pengertian
biaya produksi dapat diartikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahan
tersebut. Biaya produksi secara garis besar dibedakan dua macam, yaitu biaya
eksplisit dan tersembunyi.
B.
Faktor-Faktor dan Fungsi Biaya
Produksi dalam Pandangan Islam
Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah
berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya
dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi
tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel
input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah
penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya
kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Sementara jumlah
penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.
Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi
konvensional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya.
Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai islam dan batasan syariah,
sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan.
Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi islam dengan ekonomi konvensional
tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :
1. Sumber
Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang
disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya yang meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti
tanah, tumbuhan, hewan, udara, sinar matahari, hujan, bahan tambang dan lain
sebagainya. Faktor produksi sumber daya alam merupakan faktor produksi asli
karena telah tersedia di alam langsung.
2. Sumber
Daya Manusia (Tenaga kerja)
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia
baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.
3. Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau
hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Di dalam
proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.
4. Sumber
Daya Pengusaha (Manajemen)
Sumber daya ini disebut juga
kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor
produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan
efisien. Pengusaha berkaitan dengan manajemen. Karena sebagai pemicu proses
produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk
mengkombinasikan faktor-faktor produksi, sehingga pengusaha harus mempunyai
kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada
saat ini, teknologi mempunyai perananan yang sangat besar dalam sektor ini.
Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena
adanya kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang/jasa
jauh lebih baik, karena didukung oleh faktor teknlogi.
Sistem atau atauran
tidak lain adlah perencanaan dan arahan. Sedngkan modal (oleh Yusuf al Qardawi)
dalam bentuk alat dan pra sarana diartikan sebagai hasil kerja yang disimpan.
Dengan demikian faktor utama yang dominan dalam produksi addalah kualitas dan
kuantitas manusia (labor), sisitem
atau prasarana yang kemudian kita sebut sebagai teknologi dan modal (segala
sesuatu dari hasil kerja yang disimpan).
Tanggung jawab manusia
sebagai khalifah adalah mengola resources
yang telah disediakan oleh allah secara efessien dan optimal agar kesejahteraan
dan keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus yag dihindari oleh
manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala macam
kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa berakibat pada
peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam islam.
Untuk dapat memahami lebih
jauh tentang teori produksi ini, pertama
yang harus kita ketahui adalah defenisi dan makna dari fungsi dari produksi.
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output (yang
berupa barang atau jasa) yang dapat dihasilkan dalam satu periode.
Dalam kasus ini fungsi
produksi untuk memproduksi barang Q untuk dua variabel indenpenden dapat
diformulasikan sebagai Q= f(K,L) yang menunjukan berapa jumlah maksimal barang
Q yang dapat di produksi dengan menggunakan beberapa alternative kombinasi
input modal (K) dan tenaga kerja (L).
Pada gambar diatas
input modal di gambarkan pada sumbu vertical( dengan simbol K, dalam santuan
jam/mesin). Sedangkan input tenaga kerja digambarkan pada sumbu horizontal
(dengan simbol L, dalam satuan jam tenaga kerja). Dengan demikian, berbagai
kombinasi input K dan L dapat dipetakan. Titik-titik kombinasi input K dan L
yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling menghubungkan sehingga
membentuk suatu kurva. Kurva ini disebut kurva isoquant (iso= sama, quant= kuantitas output).
Pada gambar diatas kita
dapat disimpulkan tiga buah kurva isoquant,
yakni kurva isoquat 1 (dengan simbol
Q1), kurva isoquant 2 (dengan simbol
Q2), dan kurva isoquant 3 (dengan
simbol Q3). Semakin kurva isoquant
menjahui titik 0, maka jumlah input semakin besar dan jumlah output semakin
besar pula.
C.
Tujuan
Biaya Produksi dalam Islam
Tujuan produksi dalam Islam
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan diciptakan dan diturunkannya
manusia ke muka bumi, yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dengan
memahami tujuan penciptaan manusia tersebut, kita lebih mudah memahami tujuan
produksi dalam Islam. Sebagai khalifah, manusia mendapat amanat untuk
memakmurkan bumi. Ini berarti bahwa manusia diharapkan untuk turut campur dalam
proses-proses untuk mengubah dunia yang apa adanya menjadi apa yang seharusnya.
Alam telah dirancang oleh Allah sedemikian rupa untuk tunduk pada kepentingan
manusia, dirancang da dimaksudkan untuk memenuhi kesejahteraan manusia.
Produksi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok umat manusia dan berusaha agar setiap orang dapat
hidup dengan layak, sesuai dengan martabatnya sebagai khalifah Allah. Dengan
kata lain, tujuan produksi adalah tercapainya kesejahteraan ekonomi.
Dalam ekonomi konvensional, tujuan
produksi meliputi:
1.
Menjaga kesinambungan usaha perusahaan
dengan jalan meningkatkan proses produksi secara terus menerus.
2.
Meningkatkan jumlah dan mutu produksi.
3.
Memperoleh kepuasan dari kegiatan
produksi, dan
4.
Memenuhi kebutuhan dan kepentingan
produsen serta konsumen.
Dalam ekonomi Islam, tujuan produksi
meliputi:
1.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara
wajar.
2.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga.
3.
Bekal untuk generasi mendatang.
4.
Bantuan kepada masyarakat dalam rangka
beribadah kepada Allah SWT.
Terlihat bahwa diantara tujuan
produksi dalam ekonomi konvensional adalah untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya., berbeda dengan tujuan produksi dalam Islam, yang bertujuan
untuk memberikan maslahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun tujuan utama
ekonomi Islam adalah memaksimalkan maslahah, memperoleh keuntungan tidaklah
dilarang selama masih berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.
Dapat dikatakan bahwa tujuan
produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan masslahah yang optimum bagi
individu ataupun manusia secara keseluruhan. Dengan maslahah optimum ini, maka
akan dicapai falah (kebahagiaan) yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan
ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falah adalah kemuliaan
hidup di dunia dan di akhirat yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi
manusia. Kemuliaan dan harkat martabat manusia harus mendapat perhatian utama
dalam keseluruhan aktivitas produksi.
D.
Mekanisme Biaya Produksi dalam Islam
1. Biaya Produksi dalam Islam
Biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang. Yang telah terjadi atau yang
memugkinkan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya merupakan harga pokok
atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk dikonsumsi untuk
memperoleh pendapatan.
Biaya produksi merupakan semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan menciptakan barang-barang
yang diproduksi perusahaan. Dalam arti sempit, biaya merupakan pengorbanan
sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi di
atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat empat unsur dalam biaya yaitu :
a. Diukur
dalam satuan uang
b. Telah
terjadi atau kemungkinan akan terjadi
c. Pengorbanan
sumber ekonomi
d. Untuk
mencapai tujuan tertentu
Dalam
arti luas biaya adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan menciptakan produk yang diproduksi perusahaan
tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan
kepada dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya yang selalu berubah. Keseluruhan
biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan (total cost). Biaya produksi total
didapat dari penjumlahan biaya tetap (fix cost) dan biaya berubah (variable
cost).
1) Biaya
tetap (fixed cost)
Segala macam biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan dengan tidak memandang apakah perusahaan itu sedang
menghasilkan barang atau tidak. Biasanya dalam bentuk gaji karyawan, abodemen,
sewa dan lain-lain. Secara teoritis jenis biaya ini sangat penting dan krusial
bagi perusahaan. Karena akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal
penentuan tingkat impas penentuan tingkat leverage dan maksimum biaya. Dalam tahap
ini dimana perusahaan tidak berproduksi, maka biaya tetap adalah merupakan
biaya totalnya, jadi FC=TC
2) Biaya
variabel
Biaya variabel (variabel cost), VC
=f (output atau Q), yaitu segala
macam biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan besar kecilnya unit produksi
yang dihasilkan. Bila tenaga kerja yang digunakan tidak digaji tetap melainkan
di upah, maka bebannya termasuk dalam biaya variabel.Secara
teoritis biaya variable dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
·
Biaya variabel yang bersifat progresif,
yaitu biaya variabel yang nilainya semakin besar seiring dengan semakin
bertambahnya beban produksi.
·
Biaya variabel yang bersifat
proposional, yaitu biaya yang proposi nilainya sama dengan proposi pertambahan
beban produksi.
·
Biaya variabel yang bersifat degresif
yaitu biaya variabel yang nilainya semakin menurun seiring bertambahnya beban
produksi.
3) Total
Cost (Total Cost)
Biaya total dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut : TC= FC+VC.
Kurva FC bentuknya adalah
horizontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang
di produksi. Sedangkan kurva VC bermula di titik nol dan semakin lama akan
semakin tinggi. Ini menggambarkan, bahwa ketika tidak ada produksi berarti FC=
0 dan semakin besar produksi semakin besar pula nilai biaya total (VC), bentuk
kurva VC pada akhirnya akan semakin tegak.
2. Pemaksimuman
Keuantungan
Kuntungan yang
maksimum dapat dicapai apabila perbedaan antara hasil penjualan dengan biaya
prosuksi mencapai tingkat yang paling besar. Keuntungan diperoleh apabila hasil
penjualan melebihi dari biaya produksi. Sementara itu, kerugian akan diambil
apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi. Sementara itu kerugian akan
dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi.
Dalam
menganalisis suatu usaha, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu biaya
produksi yang harus dikeluarkan dan hasil penjualan dari barang-barang
produksi. Di dalam jangka pendek pemaksimulan keuntungan oleh suatu perusahaan
dapat dicari dengan dua caya yakni ; membandingkan hasil penjualan total dengan
biaya total dan menunjukkan hasil penjualan marginal sama dengan biaya
marginal. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan total yang
diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai
maksimum apabila perbedaan diantar keduanya adalah maksimum. Untuk menetukan
keadaan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil penjualan total dan biaya
total pada setiap tingkat produksi, dimana hasil penjualan total melebihi biaya
total pada jumlah yang paling maksimum. (keuntungan = hasil penjualan – biaya
produksi). Misalnya pada produksi 1, hasil penjualan barang produksi 150,
sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan adalah 200, berarti perusahaan rugi
50, bila produksi 2 memperoleh penjualan 300, dengan biaya produksi 280, maka
keuntungan yang diperoleh adalah 20.
Berkaitan dengan
keuntungan dalam produksi, Imam Al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa
mencari keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan. Namun ia memberikan
penekanan pada etika bisnis, bahwa keuntungan yang hakiki yang dicari adalah
keuntungan akhirat. Dengan cara-cara yang digariskan syaria, yaitu nilai-nilai
keadilan dan menghindari dari kezaliman. Yang lebih menarik dari pernyataan
Al-Ghazali adalah mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga yang lebih
murah akan meningkatkan volume penjualan yang selanjutnya hal ini akan
meningkatkan keuntungan.
Cara yang kedua
adalah dengan menggunakan bantuan kurva atau biaya rata-rata dan biaya
marginal. Pemaksimulan keuntungan dicapai pada tingkat produksi dimana hasil
penjualan marginal (marginal revenue/MR
) sama dengan biaya maginal (MC), MR = MC. marginal
revenue merupakan tamabhan hasil penjualan yang diperoleh perusahaan dari
menjual satu unit lagi barang yang diproduksi. Kalau harga barang tetap Rp
3000,-, sebanyak unit tambahan barang yang dijual akan menambah hasil penjualan
sebanyak Rp 3000,-, juga.
3. Motif
Produksi
Pembahasan
produksi dalam ekonomi konvensional senantiasa mengusung maksimalisasi
keuntungan sebagai motif utama sekaligus sebagai tujuan dari keputusan ekonomi.
Strategi, konsep dan teknik produksi semua diarahkan untuk mencapai keuntungan
maksimum, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Produsen dalam
sistem ekonomi ini adalah profit seeker
atau profit maximizer. Motif
keuntungan maksimal sebagai tujuan produksi dalam sistem ekonomi konvensional
dinilai merupakan konsep yang absurd.
Upaya memaksimalkan keuntungan ini membuat sistem ini sangat mendewakan
produktivitas dan efisiensi produksi. Motivasi keuntungan maksimum ini sering
memunculkan masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen yang meskipun
mereka tidak melakukan pelanggaran hukum formal. Para produsen mengabaikan
masalah eksternalitas atau dampak yang merugikan dari proses produksi yang
menimpa masyarakat, seperti limbah produksi.
Motif untuk
memaksimalkan keuntungan di pandang tidak salah dalam Islam upaya untuk mencari
keuntungan di pandang tidak salah dalam Islam. Upaya untuk mencari keuntungan
merupakan konsekuensi logis dari aktivitas produksi seseorang karena keuntungan
itu merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa
kegiatan produksi ini adalah dalam rangka memaksimalkan kepuasan dan keuntungan
dunia dan akhirat. Dalam pandangan Islam, produksi bukan sekedar aktivitas yang
bersifat duniawi, tetapi juga merupakan sarana untuk mencari kebahagian hidup
di akhirat kelak. Untuk itu motivasi produsen dalam memaksimumkan keuntungan
harus dilakukan dengan cara-cara sejalan dengan tujuan syariah (maqashid
syariah), yaitu mewujudkan kemaslahatan hidup bagi manusia dan lingkungannya
secara keseluruhan. Dengan demikian, produsen adalah mashlahah maximizer.
Maslahah dalam
perilaku produsen terdiri atas dua komponen, yaitu manfaat atau berkah.
Produsen atau perusahaan yang menaruh perhatian pada keuntungan, maka manfaat
yang diperoleh adalah berupa materi. Sementara itu, berkah adalah bersifat
abstrak dan tidak secara langsung berwujud berupa materi. Berkah akan diperoleh
apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan
produksinnya. Misalnya seorang produsen yang mempekerjakan tenaga kerja harus
menunaikan hak tenaga kerja berupa gaji yang adil dan layak. Dia tidak
dibolehkan melakukan eksploitasi tenaga kerja (misalnay menekan upah seminimal
mungkin) .
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimplan
1. Dalam Islam kegiatan produksi bukan
saja untuk memperoleh keuntungan namun untuk maslahah masyarakat,
produsen dituntut untuk berlaku adil dan pemerataan produksi. UI Haq (1996)
menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa
yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak
orang pemenuhannya adalah bersifat wajib. Ia menklasifikasikan kebutuhan
menjadi tiga bagian yaitu pertama kebutuhan dasar ( daruriyyah
), perlengkapan (hajiyyah), kenyamanan (tahsiniyah ).
2. Berdasarkan
hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor
produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi
variabel (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada
atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia.
Sementara jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat
produksinya.
B. Saran
Penulis menyadari
makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah ini menjadi salah satu kontribusi dari penulis serta bermanfaat bagi
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Abdul Husain. 2004. Ekonomi Islam. Yogyakarta: MagistraInsani Press
Zaki Fuad Chalil. 2009. PemerayaanDistribusiKekayaanDalamEkonomi
Islam. Jakarta: Erlangga
Mustafa Edwin, Nasution. 2007. Pengenalan
Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana
Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir
Riyadi. 2015. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid al-syariah. Jakarta:
Prenadamedia Group
Karim,
Adiwarman, Ir. S.E., M.A. 2007. Ekonomi Mikro Islami, Jakarta : IIIT
Indonesia
Rozalinda, Ekonomi Islam 2014 Teori dan
Aplikasinnya pada Aktivitas Ekonomi, Jakarta : Rajawali Pers
Muhammad, Drs.
M.Ag. 2004. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta
Rustam Efendi. 2003. Produksi dalam
Islam. Yogyakarta: Megistra Insania Press
Ika Yunia
Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqasid al-syariah, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015) hal.118
Op.Cit, Pusat Pengkajian
dan Pengembangan Ekonomi Islam UII, hal. 233
Rustam
Efendi, 2003, Produksi dalam Islam,Yogyakarta: Megistra
Insania Press, hal.
27-33